Hampir dua jam Chika menggerutu di depan cermin besar belum lagi cewek manis itu sambil memutar – mutar tubuh yang terlihat setengah badan di depan cermin, ke samping kanan dan kiri, dan ke belakang. Setelah lelah Chika kembali menatap cermin dengan wajah yang masam.
“Sebel! Sebel! Di mana pun aku berada orang – orang yang mengenalku pasti mengkritik, mending kritikannya manis enak di dengar. Ini kritikannya pedes bikin orang down ja.” Gerutu Chika sambil menerawang dan mengingat semua ejekan teman – temannya. “Chik, elo mirip ibu – ibu hamil deh.” Ledek Ruby yang menyamakan tubuhku dengan ibu – ibu yang sedang hamil. “Chik, elo semakin lebar ja badannya.” Cetus Wulan, cewek pintar dikelas. “Chik, elo makin subur ja ya kayak tanaman dirumah gue.” Ledek Shidiq. “Chik, periksa ke dokter kandungan gih sapa tau elo beneran hamil.” Tambah Dwi. Yah masih banyak kritikan dan ejekan yang pedes dan memuakkan. “Chik, kamu kayak inilah, itulah. Bosen dengernya!” gerutu kembali Chika seraya mengembungkan pipinya.
“Tapi banyak juga yang bilang aku mirip seperti balon udara. Kurang menarik dan kurang ideal. Jadi sampai saat ini belum ada cowok yang suka sama aku. Ngejek iya. Cuma gara – gara aku enggak punya body yang ideal. Bodo ah. Cowok enggak dulu deh! Yang penting prestasi. Jodoh, nanti juga datang sendiri.” Lanjut Chika
Kalau bukan karena nasihat Kiky alias Arthanur Rifqi Hidayat , sahabatku di kelas yang super perhatian, baik, dan penyemangatku, sekaligus penasihat dalam hidupku, aku sudah pasti hanyut dalam kesedihan yang berlarut – larut. “Sabar ya Chik, Tuhan menciptakan manusia itu dengan sebaik – baiknya, tidak main – main dan sudah diperhitungkan. Buat apa kalau di mata manusia selalu disanjung dan di cap baik, kerenlah, atau apalah tapi dimata Tuhan tidak berharga. Percuma kan? Percaya deh kamu istimewa dimata aku dan dimata Tuhan.” Ujar Kiky suatu hari. Aku percaya itu
Selama aku dan Kiky bersahabat, teman – teman selalu menjuluki kami angka sepuluh. Kalau Kiky tidak masuk teman – teman pada nanya mana angka satunya? Begitu juga Kiky kalau aku tidak masuk angka nolnya kemana? Kesel enggak sih. Aku memang punya badan yang overweight. Aku dan Kiky cuma bisa menelan ludah, cuek dan mengelus dada dengan semua ceceran, dan ejekan teman – teman.
“Gue doyan makan banyak tapi ku gue ga bisa gendut kayak elo ya chik? Padahal makan bisa tambah berkali – kali. Terus gue juga doyan ngemil tapi ga bisa kayak elo.”Tanya Kiky. Padahal saat aku main kerumahnya kakak dan adik perempuannya tidak ada yang underweight seperti Kiky.
Habis dia bercerita tentang sejarahnya, kenapa dia bisa kurus, eh sekarang dia malah balik nanya kenapa tubuh aku bisa gendut begini. Gubrraaak!!! Aduh jawab apa dong, masalahnya memang sudah dari dari sananya, mungkin aku nurunin gen dari nyokap. Nyokap bilang waktu muda body-nya enggak jauh beda sama seperti aku tapi nyokap heran kok badan gue melar padahal pada nyokap hamil berat badannya 60 kg. Tapi daripada Kiky kecewa karena pertanyaannya enggak aku jawab. Yah aku jawab seadanya saja.
“Udah diet belum neng?”
“Udah mas.”
“Eemm…. Makan apel ijo yang banyak, buah – buahan, rajin olahraga, lari kecil – kecil, pulang jalan kaki, makan cukup dua kali sehari, sekali makan cukup lima sendok, dan harus ada sayurnya. End yang penting ice cream sama cokelat di cancel dulu deh, jangan di colek apalagi dimakan.”
“Udah juga.”
“Ya udah. No comment. Lagian juga prosesnya lama neng, enggak secepat kilat itu.”
“Oh gitu?” sahut aku sambil mengangkat kedua alisku
“Ya, iya.”
Setelah aku tahu kenapa Kiky badannya bisa underweight gitu, aku jadi punya tips baru, gimana caranya biar bisa kurus. Yap, makan buah dan rajin olahraga jawabnya
Selama satu bulan aku menjalani tips jitu Kiky, walaupun cuaca lagi tidak bersahabat alias panas terik, aku tetap saja makan ice cream . kalau cokelat aku tidak berani mengkonsumsi banyak – banyak.
Huhu, sebel!!! Berat badanku bukannya turun malah naik 2 kg. yang tadinya berat badanku 60 kg menjadi 62 kg dan tinggi badan 165 cm.Padahal semua tips Kiky sudah kuterapkan.
Hari ini Chika tidak masuk kuliah, so sudah pasti Kiky khawatir banget. Saat selesai kuliah Kiky langsung melesat menuju ke kontrakan Chika. Tubuh lemas terbaring diatas kasur yang empuk. Kiky yang melihat keadaan sahabatnya sedang sakit bukannya iba malah menggelengkan kepala dan berdecak pinggang.
“Sebel elo sakit, di kelas kesepian tahu?” Keluh Kiky dengan muka cemberut
“Sorry.” lirih Chika sambil menjapit – japit hidungnya dengan tangan kanannya, karena sulit bernafas akibat flu.
“Sori. Makanya jangan sok. Lagi musim hujan seperti ini masih saja makan ice cream enggak lihat – lihat kondisi, tiap hari dibela – belain ke supermarket Cuma mau beli ice cream. Just it. Keterlaluan. Gendut itu anugerah terindah, kurus juga anugerah terindah.” Lanjut Kiky sambil menjitak kasih kepala Chika.
“Iya bener. Gua sadar. Harusnya gua ikhlas dan bersyukur menerima semua pemberian Tuhan.”
“Tumben sadar. Lagian Chik, denger yah, yang penting elo gendut itu sehat. Buktinya cewek gendut kayak elo bisa basket, penulis pula. So, enggak peduli orang ngomong apa.”
“Ternyata selama ini aku punya sahabat yang baik, manis, dan perhatian pula.”
“He… he.. he… baru tahu yah?” balas Kiky ditingkahi senyum jenaka.
“Makasih ya. Mau nengok? Tapi bawa buah tangan ga?”
“Yap. Kembali. Ya bawa donk masa mu jenguk aku tidak bawa apa – apa si. Inget ya pesan aku, jadi orang harus sabar dan bersyukur.”
“Ya Pak Dosen.” Ujar Chika seraya mengangguk sambil tersenyum hangat.
“Sudah dulu ya, gua pamit pulang.” Ucap Kiky sambil mengelus – elus kepalaku dengan lembut.
“Ya Ky, hati – hati di jalan ya.”
“Oke.”
Bagiku Kiky merupakan sahabat yang takkan tergantikan oleh apapun di dunia ini. Untuk seorang sahabat dya susah dicari. Karena sahabat itu susah ditemukan dibandingkan dengan seorang kekasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar